Kegiatan dan Kiprahnya

Menjadi generasi robbani - Menjadi generasi robbani

Selasa, 28 Desember 2010

Siapa Ahlul Bait Nabi SAW

Dari Zaid bin Arqom r.a bahwasannya Nabi Shallalahu alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-tengah para sahabatnya lalu beliau berpesan tentang kitabullah (al-Qur’an) dan menyuruh supaya berpegang teguh kepadanya. Kemudian beliau bersabda, “Dan ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku.”

Hushoin -seorang tabi’in yang menemui Zaid- berkata, “Siapakah Ahlul baitnya wahai Zaid? Bukankah para istri beliau juga termasuk ahul baitnya?” Zaid menjawab, “Para istri beliau termasuk ahlul baitnya. Tetapi ahlul baitnya juga adalah siapa yang haram menerima sedekah sepeninggal beliau.” Hushoin bertanya, “Siapakah mereka itu?” Zaid menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga ‘Aqil, dan keluarga ‘Abbas.” Hushoin bertanya, “Mereka semua diharamkan menerima sedekah?” Zaid menjawab, “Benar.” (HR. Muslim)Dia adalah seorang tokoh terkemuka, pahlawan Islam, mujahid yang gagah berani, Abu Abdullah, putra paman Rasululloh Shallalahu alaihi wa sallam, saudara Ali bin Abi Thalib yang lebih tua sepuluh tahun darinya. Ja’far bin Abi Thalib pernah hijrah sebanyak dua kali. Ia hijrah dari Habasyah ke Madinah, lalu menemui kaum Muslim pada saat mereka berada di Khaibar setelah dianiaya. Dia kemudian tinggal di Madinah selama beberapa bulan. Setelah itu Nabi Shallalahu alihi wa sallam mengangkatnya menjadi pemimpin tentara sayap kanan dalam perang Mu'tah, hingga akhirnya meninggal sebagai syahid. Pada saat kedatangannya, Rasululloh Shallalahu alaihi wa sallam sangat bergembira, namun ketika dia meninggal beliau sangat sedih.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Rasululloh Shallalahu alihi wa sallam pernah mengutus kami menemui Raja Najasyi dalam jumlah delapan puluh orang, diantaranya aku (Ibnu Mas’ud), Ja’far, Abu Musa, Abdullah bin Urfithah, dan Utsman bin Madz’un. Sementara orang-orang Quraisy mengutus Amr bin Ali Ash dan Umarah bin Al Walid dengan membawa hadiah. Mereka kemudian datang menemui Raja Najasyi. Ketika masuk mereka berdua bersujud dan menghormat kepadanya, lalu salah satu dari mereka duduk di sebelah kanan sedangkan yang lain di sebelah kiri. Mereka berdua berkata, ‘Sesungguhnya ada sekelompok kaum yang melarikan diri ke daerahmu lantaran benci kepada agama kami.’ Mendapat laporan tersebut, Raja Najasyi berkata, ‘Di mana mereka?’ Mereka berdua menjawab, ‘Mereka ada di daerahmu.’

Selanjutnya Raja Najasyi mengirim pasukannya untuk mencari mereka dan Ja’far berkata, ‘Aku adalah pimpinan kalian maka ikutlah.’ Mereka kemudian masuk dan mengucapkan salam, lalu berkata, ‘Mengapa kamu tidak bersujud kepada raja?’ Dia menjawab, ‘Kami hanya bersujud kepada Allah.’ Mereka berkata, ‘Mengapa begitu?’ Dia menjawab, ‘Karena Allah telah mengutus kepada kami seorang Rosul yang memerintahkan kami untuk tidak bersujud kecuali hanya kepada Allah dan memerintahkan untuk mengerjakan shalat serta zakat.’

Setelah itu Amr menyela, “Sesungguhnya mereka menentangmu dalam hal Isa dan ibunya.’ Mereka berkata, ‘Apa yang kamu ketahui tentang Isa dan ibunya?’ Ja’far menjawab, ‘Kami mengetahui seperti apa yang difirmankan Allah, bahwa dia adalah roh Allah dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang dititipkan pada seorang gadis suci yang belum pernah disentuh oleh seorang lelaki pun.’

Mendengar itu Raja Najasyi lalu mengangkat tongkatnya dari tanah seraya berkata, ‘Wahai penduduk Habsyi, para pendeta, dan paderi, apakah yang kalian inginkan? Ternyata mereka tidak berbuat jelek kepadaku! Aku bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah dan dialah orang yang diberitahukan oleh Isa di dalam kitab Injil. Demi Allah, seandainya aku bukan seorang raja maka aku akan datang kepadanya dan membawakan alas kakinya lalu membersihkannya.’ Raja Najasyi lantas berkata, ‘Tinggalah dan lakukan sesuka kalian.’

Raja itu lalu menyuruh untuk mengembalikan hadiah itu kepada mereka berdua.” Setelah itu Ibnu Mas’ud bergegas menceburkan diri ke dalam perang Badar.

Diriwayatkan dari Khalid bin Syumair, dia berkata, “Suatu ketika Abdullah bin Rabah datang kepada kami saat orang-orang mengerumuninya. Dia berkata, ” Abu Qotadah telah menceritakanb kepada kami bahwa Rasululloh Shallalahu alihi wa sallampernah mengutus beberapa pemimpin pasukan, dan beliau bersabda, “Yang akan memimpin kalian adalah Zaid, jika dia gugur maka diganti oleh Ja’far, jika dia gugur maka diganti oleh Ibnu Rawahah.” Lalu Ja’far melompat seraya berkata, “Sumpah, mengapa Zaid diletakkan sebelumku?” Syumair berkata, “Lakukan saja, karena kamu tahu mana yang lebih baik.”

Pasukan pun berangkat dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Setelah itu Rasululloh Shallalahu alihi wa sallam naik mimbar dan menyuruh untuk mengumandangkan adzan untuk sholat berjama’ah. Beliau kemudian bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang tentara kalian? Sesungguhnya mereka sedang menghadapi musuh, Zaid telah gugur dan mati syahid, maka mintakan ampunan untuknya. Ja’far kemudian mengambil bendera dan menyerang hingga dia juga terbunuh. Kemudian Ibnu Rawahah mengambil benderanya dan pada saat itu telapak kakinya terasa berat hingga dia gugur dan mati syahid. Setelah itu Khalid mengambil benderanya dan pada saat itu dia bukan pemimpin pasukan, tetapi dia sendiri yang mengangkat dirinya sebagai pemimpin.”

Rasululloh Shallalahu alihi wa sallam lalu mengangkat kedua jarinya seraya berdo’a, “Ya Allah dia adalah salah satu pedang dari pedang-pedangMu, maka tolonglah dia.” Pada hari itulah Khalid bin Walid dijuluki Syaifulloh (pedang Allah).

Beliau lalu bersabda, “Berangkatlah kalian, bantulah saudara-saudara kalian dan jangan ada seorang pun yang tertinggal!”

Orang-orang pun berangkat walaupun dalam cuaca yang sangat panas. Ibnu Ishaq berkata, Yahya bin Abbad bercerita dari Ayahnya, dia berkata, “Ayahku yang telah merawatku menceritakan kepadaku -dia berasal dari bani Murrah bin Auf-, dia berkata, “Aku melihat Ja’far pada waktu Perang Mut’ah terlihat seperti orang yang turun dari kuda lalu dia menyembelih kudanya itu lantas maju menyerang hingga akhirnya terbunuh.”

Ibnu Ishaq berkata, “Dialah sahabat pertama yang melakukan penyembelihan dalam Islam, seraya berkata, ‘Betapa indah dan dekatnya surga. Segar dan dingin minumannya. Siksaan orang-orang Romawi telah dekat. Seandainya aku bertemu, aku akan membunuhnya.’”

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Kami semua kehilangan Ja’far pada saat perang Mut’ah. Kami kemudian menemukan jasadnya dalam keadaan tertikam dan terhujam anak panah dalam jumlah kurang lebih 90 buah. Kita mendapati semua luka itu di bagian depan tubuhnya.”

Diriwayatkan dari Asma’, dia berkata, “Rasululloh shallallahu ‘alahi wa sallam masuk rumahku kemudian memanggil anak-anak Ja’far. Aku melihatnya menciumi mereka, sedangkan kedua matanya mengalirkan air mata, maka aku berkata, ‘ Wahai Rasululloh, apakah engkau telah mendengar berita tentang Ja’far?’ Beliau menjawab, ‘Ya, Ja’far telah terbunuh pada hari ini.’ Seketika itu juga kami menangis, sedangkan beliau pulang seraya berkata, ‘Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka sibuk dengan diri mereka sendiri.’ “

Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Ketika Ja’far meninggal, terlihat kesedihan di wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasululloh shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, ‘Aku melihat Ja’far bin Abi Thalib seperti malaikat di surga, telapak kakinya berlumuran darah dan terbang menuju surga.’ “

Diriwayatkan dari Muhammad bin Usamah bin Zaid, dari ayahnya, dia berkata, “Dia pernah mendengar Nabi shallalahu alihi wa sallam berkata kepada Ja’far, ‘Bentuk wajahmu serupa dengan wajahku, dan akhlakmu juga serupa dengan akhlakku, karena kamu berasal dariku dan termasuk keturunanku.’ “

As-Sya’bi berkata, “Jika Ibnu Umar mengucapkan salam kepada Abdullah bin Ja’far, maka dia berkata, ‘Semoga keselamatan tetap atasmu wahai anak orang yang memiliki dua sayap.’ “
Ja’far masuk Islam setelah tiga puluh satu orang sahabat lainnya masuk Islam.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Tidak ada seorang pun yang memakai alas kaki dan tidak seorang pun yang menaiki tunggangan setelah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang lebih baik dari Ja’far bin Abi Thalib.”
Maksudnya dalam kedermawanan dan kemuliaan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Kita menamakan Ja’far dengan Abu Al Masakin (ayahnya orang-orang miskin). Suatu ketika kami datang ke rumahnya, ternyata dia tidak mempunyai apa-apa untuk disuguhkan kepada kami. Dia lalu mengeluarkan wadah bekas madu, lalu disuguhkan kepada kami. Kami pun meraihnya dan menjilatinya.”
Read More.. Read More..

7 Golongan yg dinaungi Allah Ta’ala

Ayo..menjadi 7 Golongan yang dinaungi Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat…!!!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudara saudariku yang kucintai. Kali ini kita membahas tujuh golongan manusia yang dimuliakan oleh Allah di hari akhirat kelak.

Ikhwah fillah rahimakumullah, simaklah hadits Rasulullah SAW, hadits mutafaqun’alaih, shahih Bukhari Muslim:


Dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu:

1. Pemimpin yang adil,
2. Pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah),
3. Seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya),
4. Dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah,
5. Keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah,
6. Seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”,
7. Seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.”

(HR Bukhari)

Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah yang pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan Allah.

Yang pertama, imamun adil, pemimpin yang adil, hakim yang adil. Subhanallah, terdepan, yang pertama mendapat perlindungan Allah. Dan sungguh negeri Indonesia yang tercinta ini sangat merindukan pemimpin yang adil, hakim yang adil.

Yang kedua, pemuda yang aktif, gesit, dalam ibadah kepada Allah SWT. Aktivitasnya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Yang ketiga, manusia, hamba Allah, yang hatinya senang berada di dalam masjid. Dia betah di masjid. Shalat berjama’ah, ia senang, subuh-subuh ia menegakkan shalat berjamaah. Allahu Akbar, tentu ini hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah.

Kemudian yang keempat, orang yang bersedakah yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Subhanallah. . Apa ini? Orang yang ikhlash, tidak riya, tidak ujub.

Kemudian yang kelima, orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah.

Yang keenam, sangat sulit ini, pemuda yang dirayu, digoda, oleh wanita cantik yang memiliki kekayaan, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”. Keinginan maksiatnya ada, tapi rasa takutnya kepada Allah lebih hebat, sehingga ia tidak mau melakukan kemaksiatan. Kita sangat merindukan pemuda, yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa, sehingga ia mampu menahan dari berbagai macam godaan.

Kemudian yang ketujuh, yaitu pemuda, atau hamba Allah, atau orang yang dalam ingatannya kepada Allah, dalam ibadahnya, dalam doanya, dalam dzikirnya, ia menangis. Allahu Akbar, menangis.. Dua tetesan yang dibanggakan Allah di hari kiamat, pertama tetesan darah fii sabilillah, kedua tetesan air mata karena menangis, takut azab Allah, karena merasa bersalah atas segala dosa yang ia lakukan kepada Allah, karena ia sangat mencintai Allah.

Subhanallah. . Inilah golongan yang kelak mendapat pertolongan Allah di hari kiamat kelak.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallaailaahai lla anta astaghfiruka wa atubuilaik. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

oleh : Ust. Arifin Ilham

sumber: http://namakununik.blogspot.com/

Dari Abu Hurairah RadhiAllahu ‘Anha, Rasulullaah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya kelak di hari kiamat, Allah akan berfirman,”Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepada-Nya dalam naungan-Ku di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku” “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. Apakah tidak perlu Aku tunjukkan pada satu perkara, jika kalian melakukannya, maka niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian“ (HR Muslim)
Read More.. Read More..

Sabtu, 04 Desember 2010

Keajaiban Masa Muda


A. Antara Kekuatan dan Kemauan
Masa muda menyimpan sejuta keajaiban. Tentunya sejuta keajaiban itu tidak dimiliki oleh fase-fase sebelumnya maupun sesudahnya. Masa muda adalah sebuah fase dalam kehidupan manusia, yang mana dalam diri seorang muda terkumpul dua kekuatan penting dalam hidup. Kedua kekuatan tersebut adalah; al-Quwwah (Kekuatan) dan al-Iradah (Kemauan).

Anak yang masih kecil misalnya, ia memiliki kemauan, tapi belum diberikan kekuatan fisik untuk merealisasikan keinginannya itu. Sebaliknya orang yang sudah udzur, kemauan ada tapi kekuatan fisik sudah tidak lagi mendukung. Hanya dalam diri orang muda lah terkumpul dua hal penting tersebut.Jika seorang remaja mampu menyalurkan kekuatan dan keinginannya pada hal-hal yang positif, maka sungguh sesuatu yang luar biasa akan terjadi pada dirinya. Potensi yang dimilikinya akan benar-benar tergali. Sehingga ia akan menjadi sosok yang produktif dalam berbagai bidang yang digelutinya dalam hidup.

Maka dari itu, sungguh sayang seribu kali sayang jika masa muda ini berlalu begitu saja, tanpa ada sesuatupun yang bisa dipersembahkan untuk hidup di dalamnya. Sehingga tanpa terasa masa tua datang menjelang, meskipun tanpa diundang. Belum ada karya, belum ada persembahan yang berarti dalam hidup yang dilakukannya. Ingin masa muda kembali terulang agar ia dapat berbuat lebih baik dan lebih banyak, namun apalah dikata, itu semua hanyalah mimpi belaka. Masa muda yang hanya sekali tak akan pernah kembali.
Hal inilah yang terkandung dalam firman Allah Swt:

"Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. ar-Rum: 54).

Keadaan lemah itu adalah masa kecil, kemudian keadaan kuat adalah masa muda. Sedang keadaan lemah setelah itu adalah masa tua. Jadi jelaslah disini kita bisa memahami, bahwa masa muda ini adalah masa yang istimewa. Masa yang harus kita manfaatkan dengan baik untuk mengumpulkan energi hidup. Masa yang harus kita gunakan dengan produktif. Bukan malah masa bersantai-santai. Bukan pula masa bermalas-malas. Karena ingat, setelah masa ini berlalu, maka kekuatan itu tak akan kita dapati lagi sebagaimana yang kita dapati di masa ini.

B. Kekaguman Allah pada Pemuda
Wahai anak muda…
Wahai anak remaja…
Wahai insan yang kekuatan dan kemauan terpadu dalam jiwanya…
Pernahkah kau merasa bahwa Allah mengagumimu??
Pernahkah kau merasakan itu??

Ini adalah hal yang sering luput dari kita. Saking nikmatnya melewati masa muda, kadang sampai terlupa bahwa Allah Swt sedang mengagumi kita, para pemuda. Seandainya hal ini benar-benar kita pahami, tentu kita akan termotivasi untuk selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik dalam hidup sejak belia. Simaklah sebuah hadits berikut ini:

"Allah Swt berfirman: "Wahai pemuda yang mampu mengendalikan nafsunya dan menggunakan waktu mudanya untuk-Ku, kalian di sisi-Ku adalah layaknya para malaikat-Ku." (Ibnu Rajab, Fathul Bari)

Lihatlah kekaguman Allah pada kita semua! Renungi kalimat pujian dari Tuhan untuk kita ini! Kita seperti malaikat di sisi-Nya. Malaikat yang doa-doanya selalu di dengar oleh Allah. Malaikat yang selalu melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Tapi ada syaratnya; mampu mengendalikan nafsu dan menggunakan masa muda ini dengan baik untuk mencari ridha Allah. Itu saja. Maka kita laksana para malaikat Allah di dunia.

C. Penduduk Surga Juga Muda!
Tahukah Anda bagaimana keadaan manusia nanti di surga? Kalau tentang kondisi mereka yang diselimuti dengan warna-warni kenikmatan itu sudah pasti. Tak perlu diragukan lagi. Karena surga adalah istana kenikmatan. Tapi maksud keadaan mereka disini yaitu keadaan fisik mereka. Apakah ada yang tua dan ada yang muda? Atau semuanya tua? Atau bahkan muda semua?

Penasaran?? Mari kita simak keterangan dari Rasulullah Saw berikut ini:

Dari Muadz bin Jabal, bahwasanya Nabi berkata: "Para ahli surga akan memasuki surga dalam keadaan (bersih) tanpa bulu rambut dan jenggot dengan raut mata seperti memakai celak, layaknya orang yang usianya masih tiga puluh tahun." (HR. Tirmidzi). (Hadits no. 2545 kitab Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarhi Jami' At-Tirmidzi, Abul 'Ala al-Mubarakfuri)

Dalam al-Qur'an surat an-Naba' ayat 33, Allah Swt menjelaskan tentang para pendamping yang akan diberikan kepada orang-orang yang bertakwa kelak di surga. Mereka adalah gadis-gadis remaja yang usia dan kecantikannya sama.

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan. (Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur serta gadis-gadis remaja yang sebaya." (QS. an-Naba': 33).

Makna sebenarnya dari kata "Kawaa'ib" yang disini diterjemahkan dengan istilah gadis-gadis remaja adalah, wanita yang memiliki payudara besar. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Dzilalil Qur'an.

Tentunya Allah menjadikan penduduk surga dalam kondisi muda ini bukanlah tanpa tujuan. Bukan pula sebuah kebetulan. Surga adalah puncak kenikmatan dan masa muda adalah puncak keindahan usia. Dengan begitu kenikmatan dan keindahan surga akan semakin terasa.
Read More.. Read More..

Jumat, 03 Desember 2010

Idola segala zaman

sumber : cahayasiroh
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salam hangat, salam awal, salam keterikatan, salam persaudaraan, SALAM SOBAT SIROH

Inspirasi selalu ada, untuk anak-anak dan remaja. Inspirasi yang terucap dari kalimat-kalimat lisan. Inspirasi yang tertatap dari segala pandangan. Semuanya, dapat membolak-balikkan hati. SOBAT SIROH, mari kita belajar…

Nabi Kita, Idola Segala Zaman

Ups!! Sobat siroh, terkadang ucapan kita suka tidak terkontrol ya!. Kalau kalimat yang tak terkontrol itu adalah kalimat yang baik kita tidak akan khawatir, tapi kalau yang tak terkontrol itu adalah kalimat yang tak baik apa jadinya???.Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, sering disebut-sebut sebagai Al Qur’an yang berjalan. Aktifitas hidupnya penuh dengan pengawasan keimanan. Para sahabat Nabi pun senantiasa terjaga aktifitas hidupnya dengan nilai-nilai Al Qur’an. Mereka langsung belajar pada idola segala zaman itu.

Maka sobat siroh, kita perlu belajar pada idola segala zaman. Ucapan alami yang baik akan muncul. Sebagai contoh : Seorang siswa SD kelas 1 dengan alaminya, pernah menutupi auratnya dengan plastik hitam pengganti kerudung dan kaos kaki panjang sebagai manset ( lengannya) saat kemping. Cerita lain, seorang anak laki-laki kelas 2 SD menyambung dua celana pendek untuk menutupi auratnya. Kedua celana itu dipakai dan menarik kebawah celana yang bagian dalam. Bahkan di tengah-tengah kerumunan suasana makan, seorang anak melihat gurunya memakan makanan yang terjatuh ke lantai. Ia refleks berkata : Memang Nabi pernah makan makanan kotor?.

Alami berbuat, alami berucap. Perbuatan baik dan ucapan baik. Perbuatan dan ucapannya tanpa skenario. Sobat siroh, ingin seperti mereka?.

Bagaimana caranya ?

1. Minta dan dengarkan orang terdekat untuk berkisah Idola-idola segala zaman ( Nabi, para sahabat dan orang-orang terdahulu yang mengukir sejarah peradaban islam) setiap hari minimal 10 – 15 menit
2. Koleksi dan baca kisah-kisah nubuwwah yang inspiratif, lebih menarik jika berhubungan dengan masalah kita dan bagaimana cara menyelesaikannya
3. Kuatkan rasa bangga pada hati dan diri kita terhadap idola-idola segala zaman.
4. Contoh dan tiru tingkah laku idola segala zaman.

Sobat siroh, Idola segala zaman perlu kita pelajari lebih dalam. Pastinya, cara belajarnya sesuai dengan gaya kita. Ketika kita kesulitan mencari sahabat, kita akan belajar bagaimana idola segala zaman bisa mempunyai sahabat. Ketika kita enggan menunjukkan potensi, kita akan belajar bagaimana sang idola segala zaman menunjukkan potensinya. Bahkan ketika sulit tersenyum, kita belajar tersenyum dari idola segala zaman.

Idola Segala Zaman, siap jadi rujukan !!!
Read More.. Read More..

Merubah Kemarahan Menjadi Cinta

Perlahan tapi pasti, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan 10.000 pasukannya mulai mendekati pintu kota Makkah. Beliau pun membelitkan sorbannya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam hingga hampir menyentuh punggung kendaraannya, bersyukur memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, melihat kemuliaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya. Dahulu beliau keluar dari Makkah dalam keadaan terusir, dihinakan. Kini beliau kembali ke kampung halaman, dalam keadaan mulia dan dimuliakan. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad. Kemudian Beliau berkata ,”Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Siapa yang mengunci rumahnya, dia aman. Dan siapa yang masuk ke dalam Masjid (Al-Haram) dia aman.”Masih segar dalam ingatan kaum muslimin bagaimana kaum kafir Quraisy bertindak. Sangat kejam terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Masih sangat lekat dalam benak Rasulullah dan para shahabat bagaimana Hindun memerintahkah Wahsyi untuk membunuh Hamzah, paman Rasulullah yang sangat beliau cintai. Tapi yang beliau lakukan justeru mengatakan, “Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman “.



Padahal semua orang tahu bahwa salah satu yang ada di dalam rumah Abu Sufyan adalah Hindun, istri Abu Sufyan. Dengan kata lain, kalaulah seorang Hindun yang telah membunuh pamannya Rasulullah dimaafkan oleh Beliau, apalagi kaum kafir Quraisy lain yang tidak memiliki hutang jiwa secara langsung kepada Beliau. Bahkan Beliau tetap memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada mereka untuk tetap menjadi kafir atau menjadi Muslim. Lihatlah setelah orang-orang kafir Quraisy itu di kumpulkan oleh Beliau, Ia bersabda, "Kalian bebas merdeka di muka bumi ini, tidak ada kedengkian dan hasud di antara kita."

Subhanallah, sungguh Beliau seorang pemimpin yang sempurna. Di saat beliau memiliki kekuasaan dan kekuatan penuh untuk membalas segala macam perilaku keji yang pernah di alami beliau dan para shahabat, justeru beliau mampu mengendalikan amarahnya bahkan sampai kepada memaafkan orang-orang yang pernah berlaku sangat dzolim kepada diri Beliau dan para pengikutnya.

Kemampuan Mengkonversi Rasa Marah Kepada Cinta
Dan lihatlah pula ketika Hindun berbai’ah kepada Rasulullah Muhammad serta mengucapkan kalimat, ”Wahai Rasulullah! Dulu tidak ada manusia di muka bumi ini yang paling kubenci melainkan dirimu tetapi hari ini tidak ada orang di muka bumi ini yang paling kukasihi melainkan dirimu ”. Baginda shallallahu alaihi wasallam lantas bersabda, “Ya, demikian juga aku. Demi Tuhan yang nyawaku berada ditanganNya.” (Lihat Sahih Bukhari jilid 1 hal. 539). Sungguh luar biasa, balasan ungkapan cinta itu diiringi pula dengan sumpah atas nama Allah. Dan dalam beberapa hari saja setelah futuh Makkah terdapat 2000 orang Quraisy yang masuk ke dalam Islam.

Kalau Kita Marah......
Apa yang Terjadi dengan Tubuh Kita ?
Hasil riset hari ini mengatakan, ketika kita marah maka tekanan emosional itu menyebabkan terjadinya pelepasan hormon kortisol di dalam tubuh. Pelepasan kortisol dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan ledakan energi yang cepat. Namun peningkatan energi dalam waktu berkepanjangan itu justeru membawa kepada beberapa dampak negatif bagi tubuh. Adapun beberapa efek langsung yang terjadi pada tubuh antara lain : Gula darah yang tidak seimbang, kepadatan tulang yang berkurang, melemahkan respon sistem kekebalan tubuh, menyebabkan tubuh rentan terhadap radang yang kronis sehingga menekan fungsi tiroid, memperlambat metabolisme tubuh, mengganggu kemampuan berpikir otak dan meningkatkan tekanan darah. Menurut Christina Boerma, fisiologi kemarahan adalah sebuah efek yang harus kita sadari bersama. Kita tidak mampu untuk mencegah efek kemarahan pada tubuh. Kemarahan dapat meningkatkan denyut jantung kita sampai 180 kali per menit. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah mulai dari 120/80 naik sampai 220/130 atau bahkan mungkin lebih tinggi lagi dari itu.

Napas kita menjadi lebih cepat ketika kita mencoba untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh kita. Tubuh dan otot-otot kita menjadi tegang. Ketika kita menjadi stres, tubuh kita melepaskan zat kimia untuk pembekuan darah, menciptakan situasi yang berpotensi berbahaya: bekuan dapat berjalan melalui pembuluh darah otak atau jantung, yang mengakibatkan stroke atau serangan jantung. Kemarahan juga menghambat sirkulasi oksigen. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan nyeri dada yang parah. Kemarahan tak terkendali dapat memicu ledakan arteri otak yang berakibat pada stroke. Tegangnya otot leher dan kepala dapat menyebabkan sakit kepala, migran atau bahkanin insomnia. Kemarahan juga dapat memblokir energi dan menghambat metabolisme tubuh. Kemarahan merangsang pelepasan asam di dalam perut menyebabkan refluks asam dan tukak lambung. Kemarahan juga bisa merusak fungsi paru-paru.

Apa yang Terjadi dengan Otak Kita ?
Kemarahan bersumber dari bagian otak yang di sebut Amigdala. Amigdala atau otak reptil (disebut dengan otak reptil karena ini merupakan bagian otak yang terdapat pada ular, buaya atau reptil lainnya yang terdapat pada otak manusia). Sikap sabar, diam dapat memulihkan stres atau kemarahan lebih cepat karena bagian korteks prefrontal akan bekerja untuk menenangkan amigdala. Dari hasil penelitian di Hotchkiss Institute Calgary, kemarahan dan stres yang berkepanjangan juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak bahkan sampai tingkatan sel. Dimana kemarahan dan stres dapat menghambat pertumbuhan neuron baru di dalam otak yang berujung pada kematian saraf atau depresi. Juga dapat menyebabkan gangguan ingatan dan kemampuan belajar.

Belajar dari Manusia dengan Manajemen Marah Terhebat Sepanjang Sejarah Kehidupan Manusia

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ



“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Qs. asy Syura: 40)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wasallam: berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda, “Jangan menjadi seorang pemarah!” Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan beliau bersabda, “Janganlah menjadi orang pemarah.” (HR. Bukhari)

Adalah suatu hal yang sulit untuk membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan yang sama. Balutan emosi dan kemarahan bahkan lebih banyak menjebak manusia yang ingin membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama justeru menjadi lebih dzalim dari pelaku kejahatan. Makanya Allah mendorong hambanya untuk menjadi pemaaf atas sebuah kejahatan yang menimpa dirinya. Karena itu Allah telah mempersiapkan ganjaran terbaik di sisi-Nya, untuk mereka-mereka yang pemaaf. Bukan hanya mengkonversi sebuah kemarahan menjadi perasaan memaafkan bahkan berbuat baik kepada pelaku kejatahan.

Terlalu banyak bukti mengagumkan yang hadir dalam diri Rasulullah Muhammad dalam memenej kemarahan. Peristiwa Futuh Makkah, Haditsul Ifki, Peristiwa Thaif dan masih banyak sederetan kejadian lain yang tidak hanya merubah sebuah kemarahan menjadi rasa maaf, bahkan menghadirkan rasa cinta di dalam hatinya.

Resep Rasulullah tentang Kemarahan
1.Membaca Ta’awudz
Al Imam Al Bukhari dan Al Imam Muslim rahimahumullah meriwayatkan hadits dari Sulaiman bin Surod radhiallahu anhu:
Ada dua orang saling mencela di sisi Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan kami sedang duduk di samping Nabi Shalallahu alaihi wasallam. Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan hilang apa yang ada padanya. Yaitu sekiranya dia mengucapkan : Audzubillahi minasy syaithani rajiim.” Maka mereka berkata kepada yang marah tadi: Tidakkah kalian dengar apa yang disabdakan nabi? Dia menjawab: Aku ini bukan orang gila

2.Dengan duduk
Apabila dengan ta’awudz kemarahan belum hilang maka disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri. Al Imam Ahmad dan Abu Dawud rahimahumullah meriwayatkan hadits dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah.”

Hal ini, karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.

3.Tidak bicara
Diam, tidak berbicara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk menghilangkan kemarahan, karena banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.
Dalam hadits disebutkan Apabila diantara kalian marah maka diamlah.Beliau ucapkan tiga kali. (HR.Ahmad)

4.Berwudlu
Sesungguhnya marah itu dari syetan. Dan syetan itu diciptakan dari api maka api itu bisa diredam dengan air, demikian juga sifat marah bisa diredam dengan berwudlu.

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya marah itu dari syaithan dan syaithan itu dicipta dari api, dan api itu diredam dengan air maka apabila diantara kalian marah berwudlulah.” (HR. Ahmad dan yang lainnya dengan sanad hasan)

Konsep solutif yang luar biasa. Tentang rasa marah. Tidak untuk diluapkan. Tidak untuk dilampiaskan. Tetapi ditahan. Ditutup dengan rasa maaf. Dan, dikonversi menjadi rasa cinta.
Read More.. Read More..

Rasulullah Tak Pernah Pensiun




Usia Rasul benar-benar produktif hingga usia terakhir. Apalagi ketika diukur dengan imej sebagian orang hari ini. Kosa kata pensiun terlanjur lekat di benak mereka. Pensiun bagi sebagian orang bukan saja berhenti bekerja, tetapi berhenti juga produktifitasnya. Seakan tidak lagi menjadi orang penting di masyarakatnya setelah sebelumnya begitu sentral posisinya. Seakan hanya tinggal menunggu dua hal: kedatangan cucu dan kedatangan kematian. Tentu ini tidak benar.Penelitian yang dilakukan di Amerika oleh para pakar dari The University of Maryland mengatakan bahwa mereka yang tetap beraktifitas setelah usia pensiun, menikmati kesehatan yang lebih baik daripada yang tidak beraktifitas lagi setelah usia pensiun. Demikian juga keadaan psikologinya, lebih stabil.

Penelitian yang dilakukan di Inggris mendukung hal di atas. Dan menambahkan tentang hubungan antara penyakit pikun dan pensiun. Pikun yang masih dikategorikan sebagai penyakit yang belum diketahui penyebabnya itu diteliti untuk dicari hubungannya dengan berhentinya aktifitas produktif setelah usia pensiun. Hasil penelitian pada 1320 orang yang sudah pikun dan 382 orang yang berpotensi pikun itu adalah: ada hubungan antara terlambatnya seseorang pensiun dengan terlambat datangnya penyakit pikun. Karena otak masih terus aktif. (sumber: aljazeerah.net dan kaheel7.com)

Subhanallah...Islam memang tidak pernah mengenal usia pensiun. Lihatlah dua ayat berikut ini,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini.” (Qs. Al-Hijr: 99)
(Yang diyakini) adalah kematian. Seperti yang dijelaskan oleh Salim bin Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, Qatadah, al-Hasan al-Bashri, Mujahid. Sebagaimana yang dipilih oleh Ibnu Jarir dan Bukhari. (lihat: Tafsir Ibnu Katsir 4/553, MS)

Beribadah kepada Allah batasnya adalah ajal yang datang. Sebelum mati, seseorang harus terus beribadah. Ibadah sendiri adalah aktifitas yang menuntut kesehatan akal. Karena bagi yang sudah tidak sehat akalnya termasuk pikun sudah tidak mendapatkan beban beribadah. Itu artinya, pikun seharusnya jauh dari mereka yang menjaga ibadahnya, biidznillah.
Juga ayat berikut ini,

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Ayat ini, menjelaskan bahwa bekerja atau beraktifitas kebaikan terus dilakukan hingga kembali kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghoib dan yang nyata.

Untuk itulah, Islam tidak pernah mengenal kata pensiun. Hal itu bisa kita lihat dari dalil-dalil di atas. Adapun penelitian hanya menguatkan ayat-ayat Allah yang tertulis. Untuk itulah, kita bisa jumpai orang-orang besar dalam sejarah Islam, mereka tetap beraktifitas seperti biasa hingga di penghujung usia.

Petunjuk utamanya berasal dari Rasulullah. Usia beliau jelas menggambarkan hal ini. Mari kita lihat di akhir-akhir usia beliau.

Pada usia 53 tahun yang hari ini dianggap sebagai MPP (Masa Persiapan Pensiun), Rasulullah harus melakukan perjalanan menempuh padang pasir di tengah ancaman kematian. Yaitu perjalanan mulia: Hijrah ke Kota Madinah. Kepala beliau dihargai 100 ekor unta bagi siapapun yang bisa menangkapnya hidup atau mati. Perjalanan itu beliau tempuh selama kurang lebih 15 hari. Beliau meninggalkan Kota Mekah pada malam 27 Shafar 14 Kenabian dan sampai di Kota Madinah tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1 H, setelah menetap di Quba’ selama 4 hari. Sebuah aktifitas yang terlalu melelahkan dan berisiko untuk orang seusia itu.

Pada usia 55 tahun di mana dianggap telah pensiun pada hari ini, Rasulullah justru mendapatkan perintah baru yang belum ada sebelumnya dan memerlukan kekuatan fisik, otak berikut tekad. Yaitu jihad (perang). Perintah jihad baru diturunkan pada tahun 2 H. Jihad jelas memerlukan kekuatan fisik yang terkadang perlu berhari-hari untuk sampai di kamp musuh, dalam keadaan cuaca apapun. Juga kekuatan otak dalam mengatur strategi perang, menganalisa kekuatan dan kelemahan serta informasi. Kekuatan tekad sangat diperlukan dalam jihad. Tekad yang hadir dari iman yang menggelora dan tidak padam hanya oleh ketakutan atau kesenangan, kekalahan atau kemenangan. Kalau dirata-rata, beliau harus keluar untuk perang setiap 4 bulan sekali. Jumlah peperangan yang diikuti langsung oleh Rasul ada 28 kali dari tahun 2H – 9H (lihat: al-Athlas al-Tarikhi li Sirah al-Rasul, Sami Abdullah al-Maghluts, h. 151, Maktabah al-‘Ubaikan, 1435H).

Fisik, otak, tekad untuk perang, sungguh tidak mudah di usia 55 tahun.

Pada usia 60 tahun -madzhab pensiun di barat dan perpanjangan 5 tahun terakhir bagi jabatan tinggi di Indonesia-, Rasulullah masih harus menjalani perjalanan jauh untuk melanjutkan dakwah beliau. Di usia itu beliau masih harus menjalan 3 peperangan; Fath Makkah, Hunain dan Thaif. Tanyakan hari ini, di mana ada panglima yang masih siap memimpin di lapangan hingga usia 60 tahun. Shallallahu alaika ya Rasulallah...

Hingga pada detik-detik terakhir beliau wafat, usia masih produktif untuk kebaikan. Dari 14 hari beliau sakit kepala dan demam tinggi hingga beberapa kali pingsan, beliau masih mampu memimpin para shahabatnya shalat berjamaah selama 11 hari. Pada Hari Sabtu (beliau wafat hari senin), Rasul merasakan sakitnya mereda, maka beliau pun keluar untuk shalat di masjid walaupun harus dipapah oleh dua orang. Pada hari Ahad, beliau masih melakukan kebaikan; membebaskan beberapa budak, shadaqah sebesar 7 dinar (mata uang emas) dan menghibahkan senjata-senjata beliau untuk muslimin.

Di sela-sela sakitnya itu beliau masih memberikan nasehat dan perintah kepada para shahabatnya. Di antaranya beliau memberi kesempatan bagi siapapun yang mau membalas semua kesalahan beliau selama ini. Menyampaikan agar tidak sama dengan Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Menasehati agar berbuat baik kepada seluruh masyarakat Anshar. Memerintahkan agar tidak boleh ada dua agama di Jazirah Arab. Pada Shubuh terakhir untuk Rasulullah (senin pagi), beliau masih bangun pagi dan membuka sitar rumahnya untuk menyaksikan para shahabatnya melakukan Shubuh berjamaah dan untuk melemparkan senyum manis beliau; senyum perpisahan. Dan inilah kalimat terakhir yang dibisikkan di telinga istri tercinta Aisyah radhiallahu anha,

مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“...bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)

“Ya Allah ampunilah dan rahmatilah aku, dan pertemukan aku dengan ar-Rafiq al-a’la, allahuma ar-rafiq al-a’la.”
(Lihat: ar-Rahiq al-Makhtum h. 370-374, Dar Ibn al-Khaldun)

Sungguh inilah produktifitas usia yang tak pernah mengenal pensiun. Benar-benar hingga hembusan nafas terakhir. Hingga kekuatan terakhir, saat tangan terkulai. Dan beliau pun menghadap Allah yang Maha Tinggi pada Hari Senin waktu Dhuha, 12 Rabi’ul Awwal 11 H.

Bukankah kita sering berbicara tentang prestasi hidup dan produktifitas usia. Kini kita tahu, Rasulullah-ah sang teladan itu. Capaian usia maksimal dan ideal. Karena beliau tidak pernah mengenal pensiun.***
Read More.. Read More..