Kegiatan dan Kiprahnya

Menjadi generasi robbani - Menjadi generasi robbani

Minggu, 23 Januari 2011

Air


Seekor anak rusa tampak berlari kecil di tepian sungai. Ia melompat dari bebatuan satu ke bebatuan lain yang berserakan di sepanjang sungai. Rasa dahaganya yang begitu tak tertahankan tidak melunturkan niatnya untuk mencari mata air yang jernih. Karena di situlah, ia dan ibunya biasa minum.

Sayangnya, karena longsoran tanah tepian sungai, mata air tampak tidak lagi jernih. Warnanya agak kecoklatan. “Ih, kok tidak jernih,” ujar anak rusa sambil mencari aliran mata air ke arah aliran sungai.

Ia terus menelusuri aliran sungai yang berada lebih bawah dari lokasi mata air. Sayangnya, kian ke bawah, semua anak mata air yang ia temui berwarna sama: coklat keruh. Dan kian kebawah, warnanya lebih keruh lagi.


Kecewa dengan apa yang ia temukan, sang anak rusa pun berlari meninggalkan sungai menuju semak-semak di mana ibunya berada.

”Kamu sudah minum, Nak?” tanya sang ibu rusa ketika mendapati anaknya sudah berada di dekatnya.

”Belum, Bu,” ucap sang anak rusa tampak kesal.

”Kenapa? Kan kamu sudah tahu di mana mata air yang jernih itu berada,” sergah sang ibu rusa kemudian.

”Airnya keruh, Bu. Dan semua anak mata air yang berada di bawahnya pun sama, bahkan lebih keruh lagi,” ungkap sang anak rusa tidak mampu lagi menahan kekecewaannya.

Induk rusa pun menghampiri anaknya lebih dekat lagi. ”Anakku, kamu dapat pelajaran baru dari keruhnya mata air,” ucap sang induk rusa tiba-tiba.

”Maksud ibu?” tanya sang anak rusa begitu penasaran.

”Anakku, kalau mata air yang berada di bagian atas sungai keruh, semua aliran anak mata air di bawahnya akan lebih keruh lagi. Begitulah alam mengajarkan kita,” jelas sang ibu rusa diiringi anggukan anaknya.

**

Ada dahaga ruhani ketika kehidupan di negeri ini kian jauh dari kepuasan jiwa. Orang menjadi begitu jatuh cinta dengan dunia materi, dan tidak lagi perduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Pada dahaga itu, orang pun merindukan sumber mata air ruhani nan jernih yang bisa memuaskan rasa haus mereka. Namun, ketika mata air yang berada di atas mulai keruh karena longsoran butiran tanah tepian sungai kehidupan, jangan kecewa ketika anak-anak mata air di bawahnya ditemukan jauh lebih keruh lagi.

Karena begitulah, Allah mengajarkan kita melalui alam ini. (muhammadnuh@eramuslim.com
Read More.. Read More..

Minggu, 09 Januari 2011

Dua Pohon



dakwatuna.com – Beberapa waktu belakangan, saya sedang menamatkan sebuah buku berjudul Balada Cinta Suci, Ali dan Fatimah. Sebagaimana judulnya, buku ini mengisahkan perjalanan Ahlul Bait tersebut dengan cukup indah. Selain romansa–tentu saja–ada hal baru yang baru saya pahami benar-benar mengenai keluarga mulia tersebut; yaitu tentang kedermawanan yang luar biasa.

Inilah sepenggal kisahnya yang cukup menyentuh saya:

Pada suatu hari Fatimah jatuh sakit. Selama itu Ali senantiasa merawat beliau dan tak segan menggantikan tugas beliau sebagai istri. Pun Ali masih dengan tulus bertanya, adakah yang sedang diinginkan Fatimah, dengan harapan istrinya tersebut akan segera sembuh. Sejenak kemudian Fatimah menjawab bahwa ia menginginkan buah delima. Segeralah Ali berangkat ke pasar dan membeli sebuah delima. Sebuah? Ya, karena memang uang beliau hanya cukup untuk membeli sebuah delima saja. Dalam perjalanan pulang beliau melihat seseorang yang meringkuk di sudut jalan. Setelah percakapan singkat, tahulah beliau bahwa orang tersebut begitu miskinnya hingga sudah dua hari tidak makan. Kemudian beliau membelah delimanya menjadi dua bagian dan berkata: “Tabahkanlah hatimu. Percayalah bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang baik. Bertasbihlah kepada Allah, dan ambillah buah ini, semoga dapat meringankan penderitaanmu.”

Ali sampai di rumah, dan menyerahkan delima yang hanya separuh itu kepada istri tercintanya. Kisah delima yang tinggal separuh itu justru membuat Fatimah lega dan alhamdulillah merasa semakin membaik. Di tengah kegembiraan tersebut, sahabat Salman al Farisi bertamu sambil membawa sesuatu yang ditutup kain. Setelah mengucap salam, Salman menjelaskan bahwa yang dibawanya adalah sembilan buah delima “dari Allah, untuk rasul-Nya, dan seterusnya untuk Anda.” Mendengar jawaban tersebut Ali kemudian berkata: “Tidak mungkin buah itu dari Allah. Kalau benar dari Allah, maka jumlahnya adalah sepuluh. Sebab, Allah telah berfirman

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…”. (QS. Al An’aam:160).

Lalu Salman pun tersipu sambil mengeluarkan sebuah delima lagi dari lengan bajunya: “Tak terlintas dalam pikiranku untuk mengambil buah delima itu bagi diriku. Sebenarnya, aku bermaksud mengujimu, karena begitu seringnya aku mendengar Rasulullah memuji keluasan ilmu dan kecerdasanmu”.

*Subhanallah, dua hal yang saya petik dari sini; bahwa kedermawanan Ali yang begitu besar tampak dari hati beliau yang mudah tersentuh dan bersegera untuk membantu, serta kecerdasan beliau dalam memaknai ayat-ayat-Nya sehingga begitu lekas mengaitkan keadaannya dengan salah satu janji-Nya. Dan beliau percaya, sangat percaya*

Masih banyak sebenarnya kisah hikmah dari perjalanan Ahlul Bait ini, tidak akan cukup diuraikan kecuali saya akan membuat Anda sekalian bosan :D Sampai di sini pun, mungkin Anda sudah banyak bertanya apa kaitan semua ini dengan judulnya?? Beginilah…dari buku lain yang saya baca juga saya menemukan sebuah hadits indah:

“Kedermawanan adalah pohon di dalam surga, sedang dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan dituntun oleh dahan itu menuju ke surga. Dan bakhil adalah pohon di dalam neraka, dan dahannya menjulur ke dunia, barangsiapa berpegang pada dahannya, dia akan terseret oleh dahan itu ke dalam neraka” (HR Bukhari dan Baihaqi)

Ya, ada dua pohon langit yang dahannya menjulur ke dunia. Pohon ahli surga membawa pesan kedermawanan, dan pohon ahli neraka menghantarkan pesan kebakhilan. Seiring gerakan Satu Milyar Pohon (dunia), bisa kan kita memilih pohon (langit) yang tepat untuk kita tanam pula?! ^_^
Read More.. Read More..

Adab berdo'a


dakwatuna.com – Bismillah…

Tak cukup hanya dengan kesungguhan hati meminta. Doa pun ada seninya. Puji-pujian untuk-Nya dan Rasul-Nya adalah pendahulu dari segala pintamu, kemudian, iringilah ia dengan kalimat ampunan dan pertaubatan, lalu tutuplah dengan segala tumpukan harapanmu. Jangan lupa untuk mensucikan tubuhmu, memperhatikan waktu doamu, dan tempat dimana engkau berdoa. Jika masih belum berbalas, pakaikanlah makna “baik sangka” kepada-Nya, karena buah kesabaran memang selalu indah.

Kalaupun di waktu berikutnya, baik sangka-mu itu mulai berkarat. Maka yakinkanlah di dalam dirimu, bahwa masih banyak cela dan noda yang melekat dalam hatimu. Ia menjadi penghalang terkabulnya doa-mu, sebab kekotoranmu yang pernah terjadi dahulu, bisa jadi menjadi hambatan naiknya doa-doa-mu menuju langit-Nya.

Hentikan sikap tergesa-gesa dalam meminta. Sebab sebagai insan biasa-pun kita tak suka orang yang semena-mena dan asal menagih apa yang mereka ingini, tiba-tiba hadir di hadapan kita. Apalagi ALLAH, Sang Pemberi Hidayah. DIA sangat menyukai sesenggukanmu dalam meminta, mencintai keterikatan hatimu bersama panjangnya kalimat doa-mu, bahkan sering juga DIA menahan untuk tak mengabulkannya karena keinginan-Nya untuk mendengar keluh kesahmu. kalau sudah begitu, apalagi yang kita pertanyakan ?

Tanyakanlah pada lakumu, juga hatimu, sudahkah doamu tidak tergesa-gesa, sudahkah pintamu terbersamai dengan ketundukan jiwamu untuk merasa hina di hadapan-Nya, sudahkah senyummu atau juga mungkin tangismu menggambarkan rasa harap yang membuncah untuk-Nya. Jika belum.. perbaikilah.. Periksalah laku yang kotor, jiwa yang kelam, dan waktu-waktu-mu yang kosong tanpa kehadiran-Nya.

Semoga kesyukuranmu selalu berteman dengan panjangnya harapmu.

Salam hangat.
Read More.. Read More..

Selasa, 04 Januari 2011

Komentar Lukisan

Oleh : Andrie Wongso

Alkisah, ada seorang pelukis terkenal. Hasil lukisannya banyak menghiasi dinding rumah orang-orang kaya. Si pelukis dikenal dengan kehalusan, ketelitian, keindahan, dan kemampuan memperhatikan detail obyek yang digambarnya. Karena itu, pesanan lukisannya tidak pernah berhenti dari para kolektor maupun pecinta barang-barang seni.

Suatu hari, setelah menyelesaikan sebuah lukisan, si pelukis merasa sangat puas dengan hasil lukisannya. Menurut pandangannya, lukisan itu sempurna. Maka, dia lantas bermaksud mengadakan pameran lukisan agar orang-orang dapat menikmati, serta mengagumi keindahan dan kehebatannya.

Saat pameran, si pelukis meletakkan sebuah buku di dekat lukisan dengan sebuah tulisan: "Yang terhormat, para pecinta dan penikmat seni. Setelah melihat dan menikmati lukisan ini, silakan isi di buku ini komentar Anda tentang kelemahan dan kekurangannya. Terima kasih atas waktu dan komentar Anda."

Pengunjung pun silih berganti mengisi buku itu. Setelah beberapa hari, si pelukis pun membaca buku berisi komentar pengunjung pameran dan dia merasa kecewa sekali dengan banyaknya catatan kelemahan yang diberikan. "Orang-orang ini memang tidak mengerti indahnya lukisan ini. Berani-beraninya mereka mengritik!" batin si pelukis.

Dalam hati, dia tetap yakin bahwa lukisannya itu sangat bagus. Maka, untuk itu dia ingin menguji sekali lagi komentar orang lain, tetapi dengan metode yang berbeda. Untuk itu, ia membuat pameran sekali lagi, namun di tempat yang berbeda. Kali ini, ia juga menyertakan sebuah buku untuk diisi oleh pengunjung yang melihat lukisannya. Tetapi kali ini, penikmat lukisannya tidak dimintai komentar kelemahan, namun untuk memberikan komentar tentang kekuatan dan keindahan lukisan itu.

Setelah beberapa hari, si pelukis kembali membaca buku komentar pengunjung. Kali ini, dia tersenyum senang setelah membacanya. Jika pengunjung yang terdahulu mengritik dan melihat kelemahannya, maka komentar yang didapatkannya kali ini berisi banyak pujian dan kekaguman atas lukisan yang dibuatnya. Bahkan, banyak dari hal-hal yang dikritik waktu itu, sekarang justru dipuji.

Dari kedua pameran lukisan yang diadakannya, si pelukis mendapatkan sebuah pembelajaran bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apapun yang kita kerjakan, sehebat dan sesempurna apapun menurut kita, ternyata di mata orang lain, ada saja kelemahan dan kritikannya. Namun, pastilah ada juga yang memuji dan menyukainya. Jadi, tidak perlu marah dan berkecil hati terhadap komentar orang lain. Asalkan kita mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan dilandasi niat baik, itulah persembahan terbaik bagi diri kita sendiri.


Pembaca yang budiman,

Memang, kehidupan di dunia ini tidak ada yang sempurna, (mei yu sek jien sek me). Apa yang kita pikirkan, yang kita yakini, yang kita kerjakan, dan yang kita hasilkan, pasti selalu ada sisi pro dan kontra. Maka, kalau kita bersikukuh dengan sesuatu yang kita miliki dan kita yakini, maka hal tersebut bisa jadi justru mendatangkan masalah, konflik, atau bahkan rasa antipati. Tentu, jika itu yang terjadi, akan membuat kita tidak bahagia,

Namun, jika kita mampu menghargai setiap perbedaan sebagai hak asasi setiap insan, maka akan timbul keselarasan dan keharmonisan. Jika kita bisa menerapkan toleransi dan saling menghargai, maka ke mana pun kita pergi, dengan siapa pun kita bergaul, akan selalu ada tempat yang nyaman dan damai buat kita sehingga kebahagiaan selalu kita rasakan.
Read More.. Read More..

Sebaik-baik Manusia

Suatu hal yang membuat saya selalu berfikir mendalam adalah salah satu ungkapan Muhammad ( orang gaul No.1 dunia ) berikut ini,” Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia lainnya “. Ungkapan ini begitu sederhana namun penuh makna filisofis yang begitu mendalam. Salah seorang Guru saya Ust. Abdul Karim Hasan pernah mengatakan bahwa nilai seseorang dilihat dari tingkat kemanfaatannya. Jika seseorang tidak ada manfaatnya untuk orang lain, maka kehidupannya tidak berharga.

Dulu…ketika masa kejayaan Islam, betapa kita tahu bahwa semua orang benar-benar rela mati demi orang lain, demi negaranya, demi anak cucunya dan demi Agamannya. Mereka benar-benar memahami bahwa menjadi orang yang memiliki banyak peran dan manfaat adalah sesuatu hal yang menarik. Namun kini, lima belas abad sudah sejak berlalunya masa Muhammad nampaknya kini ungkapan sakti beliau tersebut seolah banyak yang melupakannya. Telah banyak kita temui para generasi muda jaman sekarang seolah tidak menginginkan untuk menjadi yang sebaik-baik manusia. Apakah menjadi penebar manfaat dan mempunyai pengaruh di lingkungannya sangat tidak menarik?


Saya tidak berusaha menipu Anda, tapi coba Anda sekali waktu berjalan-jalan di jalan-jalan protokol. Atau di pusat-pusat perbelanjaan, atau bisa juga di tempat-tempat hiburan, di taman kota atau di kedai-kedai permainan. Lakukan ini setiap hari dan waktunya bisa Anda acak. Silakan Anda Amati dan catat Apa yang mereka lakukan. Anda pasti Akan kaget ketika menemui beberapa orang yang sama pada tempat yang sama dan melakukan kegiatan-kegiatan yang mungkin tidak Anda mengerti. Bagaimana jika mereka tidak berada di tempat-tempat seperti itu? Apakah dengan ketidak beradaan mereka, suasana menjadi suram, menyedihkan dan semua orang merasa kehilangan? Ataukah sebaliknya? Bagaimana dengan para aktifis kegiatan dakwah dan para peduli sosial masyarakat? Mereka berkumpul dan berjuang bersama-sama untuk kemajuan masyarakat. Jika mereka ada, bagaimana perasaan Anda? Dan jika mereka tidak ada, bagaimana komentar kebanyakan orang?


Yang ke-dua, pernahkah Anda berfikir bahwa hanya dengan senyuman bisa mengubah kehidupan orang lain yang memandangnya. Sebuah kejujuran dan kepercayaan, semua tahu bahwa sifat ini adalah bahan ajaib yang menghasilkan ketentraman hidup. Atau bentuan-bantuan kecil yang sangat berharga bagi orang lain. Bagaimana menurut Anda jika banyak orang yang memiliki sifat-sifat seperti itu ada di dekat Anda? Atau bagaimana dengan orang yang angkuh, ketus, pelit, jahil, dan jahat yang ada di dekat Anda? Mana kira-kira yang akan lebih mendatangkan manfaat untuk Anda?


Yang ke-tiga, jika Anda mengenal seorang yang memiliki prestasi besar, semisal para pahlawan nasional, juru dakwah, pimpinan masyarakat, guru atau tokoh-tokoh besar lainnya? Apakah mereka membawa manfaat yang begitu besar bagi orang-orang yang lain? Bagaimana dengan para pengangguran, gelandangan, pengacau, teroris dan para individual lainnya? Apakah Anda mendapatkan manfaat dari mereka? Atau mungkin sebaliknya?


Salah seorang Guru saya yang lain KH. Abdullah Gymnastiar, Beliau menggolongkan tingkat kemanfaatan seseorang atas 5 kelompok :


Pertama adalah Orang Wajib. Jika Dia ada maka selalu membawa kemanfaatan bagi yang lain. Kehadirannya selalu dinanti dan kepergiannya membawa kesedihan. Bahkan meninggalnyapun ditangisi. Namanya selalu dikenang dan hal yang paling diingat oleh orang lain adalah perbuatan baik dan hasil karyannya yang fenomenal.


Ke-dua adalah Orang Sunnah. Dia ada, orang-orang senang. Membawa manfaat dan selalu menjalin hubungan baik dengan yang lain. Namun jika Dia tidak ada itu tidak akan menjadi masalah yang besar bagi orang-orang yang ditinggalkannya.


Ke-tiga adalah Orang Mubah. Dia adalah orang yang tidak memiliki keistimewaan. Dia ada itu tidak berpengaruh bagi yang lainnya. Jika Dia tidak ada itupun juga tidak mempengaruhi keadaan. Dia tidak lebih dari orang yang biasa-biasa saja.


Ke-empat adalah Orang Makruh. Kehadiranya membuat orang lain tidak nyaman. Dia ada malah menjadi pemicu masalah dan mengancam stabilitas kelompok dan ketidak beradaannya akan membawa ketentraman tersendiri.


Yang ke-lima adalah Orang Haram. Dia sangat berbahaya. Kehadirannya membuat yang lain sengsara dan menderita. Dia adalah pengacau keamanan yang hebat. Semua orang membenci dan mereka selalu mengharapkan bahwa orang seperti ini segera mati saja.


Kini…..bagaimana dengan kita? Seberapa besarkah manfaat kita untuk orang-orang di sekitar kita? Apakah kehadiran kita membawa pengaruh positif atau mungkin pengaruh negatif bagi mereka? Atau bagi dunia ini? Ungkapan Muhammad itu benar-benar telah memotivasi saya untuk segera memilih jalan yang terbaik untuk menjadi orang yang bermanfaat. Saya harus segera memulainya. Bagaimana dengan Anda? Karena hidup adalah sebuah pilihan dansaya yakin Anda adalah orang yang bijak untuk menentukan pilihan.
Diposkan oleh Ari Suwandono
Read More.. Read More..

Sembarangan

Salah satu oleh-oleh yang saya dapatkan ketika bersepeda di Pulau Bali bergabung dengan komunitas H-4 mulai tanggal 28 Februari sampai 2 Maret 2008, adalah tulisan yang sangat mencerahkan di daerah Kintamani, sebelum kami melakukan aktifitas bersepeda all mountain tanggal 1 Maret 2008 start dari Kintamani, persawahan yang terkenal pembagian airnya sangat adil secara turun temurun, taman rekreasi gajah dan berakhir di daerah Ubud.

Tulisan pencerahan itu berbunyi:”Kalau bukan orang sembarangan, bila kencing janganlah sembarangan”. Tulisan sederhana penuh pencerahan ini, bisa dikembangkan menjadi banyak kalimat pencerahan lainnya, misalnya:

Kalau bukan pesepeda downhill sembarangan, bila sedang melaksanakan downhill jangan sembarangan. Masak sepeda sudah bagus-bagus, ketika meliwati gundukan tanah yang harusnya dilompati, eh .. malah turun atau meliwati sampingnya. Itu bukan downhill namanya he..he.. tapi tuntunhill he..he…

Kalau bukan mahasiswa sembarangan, bila kuliah jangan sembarangan. Harus punya rasa malu, orang tua dikampung harus menjual kambing, sapi dan sebagian sawahnya, masak sebagai anak di kota hanya gaya, tapi nggak lulus-lulus, apalagi Indek Prestasinya asal-asalan, malu dong.

Kalau bukan suami sembarangan, bila punya istri jangan diperlakukan sembarangan. Harus punya tanggungjawab terhadap istri dan anak-anak. Melindungi istri dan anak-anak. Menjadi contoh terhadap istri juga anak-anak. Jangan menikah, malah membebani istri dan mertua, harus ditanamkan rasa malu disektor itu. Apalagi istrinya sudah sangat baik dengan segala kekurangannya, sebagai suami malah selingkuh dengan sekertaris dan bawahannya.

Kalau bukan istri sembarangan, bila punya suami jangan diperlakukan sembarangan. Harus punya sopan terhadap suami. Menjaga harta suami. Menjaga martabat suami. Jangan mentang-mentang punya penghasilan sendiri, menjadi susah menerima masukkan dari suami. Apalagi suaminya sudah sangat baik dengan segala kekurangannya, sebagai istri malah selingkuh dengan teman kerjanya.

Kalau bukan direktur sembarangan, bila punya karyawan jangan diperlakukan sembarangan. Sehebat apapun kita sebagai direktur, kalau tidak punya karyawan, perusahaan tidak akan jalan. Jangan sering marah-marah kepada bawahan, apalagi sampai mengatakan ”Dasar karyawan bodoh”. Sebagai direktur harus sadar, yang namanya karyawan pasti bodoh, kalau lebih pandai dari direktur, berarti direkturnya yang harus jadi karyawan.

Kalau bukan karyawan sembarangan, bila bergabung pada perusahaan, jangan memperlakukan perusahaan, atasan dan pemilik perusahaan dengan cara sembarangan. Sebagai karyawan harus punya malu kalau selama ini, menerima gaji halal namun halal kadar rendah. Halal kadar rendah adalah gaji yang diterima lebih besar dibanding produktivitasnya. Kalau memang tidak cocok di perusahaan itu, ada dua solusi. Pertama segeralah keluar dan kedua nikmati saja ketidakcocokan itu.

Kalau bukan orang sukses sembarangan, bila sukses janganlah sembarangan. Buatlah buku, seminar, buka konsultasi kiat-kiat sukses, banyak sedekah. Dengan banyak melakukan itu, nanti akan semakin banyak orang-orang sukses, yang terinspirasi oleh kesuksesan orang yang tidak sembarangan itu.

Kalau bukan orang gagal sembarangan, bila gagal janganlah sembarangan. Buatlah buku, misalnya terinspirasi dari buku ”Dare to fell” karangan Be Lim, yang inti dasarnya adalah menceriterakan kegagalan hidupnya dan kemudian bangkit dari kegagalan. Dengan demikian, nantinya semakin banyak orang yang gagal dan gagal terus, sehingga tumbuh kesuksesan-kesuksesan yang terus menerus juga.

Sahabat.....

Jangan sembarangan... jangan sembarangan... dan jangan sembarangan, agar kita tidak menjadi orang sembarangan.

Sudah ah... berhenti disini dulu tulisannya, takut nanti menjadi tulisan sembarangan. Silahkan pembaca melanjutkan sendiri, semoga kita tidak menjadi orang sembarangan.

Berani menghadapi hidup tidak sembarangan, agar hasilnya juga tidak sembarangan !!! Bagaimana pendapat sahabat ???.
Diposkan oleh Ari Suwandono
Read More.. Read More..

Mengukir sejarah dalam seminggu

Dua minggu yang lalu di kota saya ada satu even besar yang melibatkan hampir semua sekolahan yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Kota Kediri. Terdiri dari tiga jenjang pendidikan yang berbeda meliputi SD, SMP, SMA / SMK baik Negeri maupus swasta. Even ini diberi nama Sapta Lomba. Ada 7 bidang lomba keislaman untuk pelajar yang diselenggarakan rutin setiap 2 tahun sekali, yaitu CCA, kaligrafi, tartilul Qur’an, qiro’atil Qur’an, pidato / ceramah, shalat berjamaah, dan qasidah modern.


Ratusan sekolahan ikut berpartisipasi di sana. Dan semua orang tahu bahwa acara ini sangat meriah serta menjadi bagian dari kebanggaan Kota Kediri. Namun tidak banyak orang yang tahu bagaimana proses perjuangan para peserta hingga mereka meraih predikat juara dalam masing-masing mata lomba tersebut.


Ada satu kisah yang menurut saya sangat unik dan penuh inspirasi. Ini terjadi pada mata lomba yang paling bergengsi yaitu Qasidah modern. Yang keluar sebagai juara pertama untuk kategori SMA & SMK adalah Grup rebana El Fasa SMAN 8, kemudian juara ke-dua Rebana SMAN 1 dan juara ke- tiga adalah Nada Smega Grup dari SMKN 3. Kebetulan yang menjadi juara pertama dan ke-tiga adalah murid binaan saya sendiri, saya tahu pasti bahwa itu layak. Grup ini sudah terbentuk matang sejak satu setengah tahun yang lalu. Namun di luar dugaan saya, grup rebana yang hanya berlatih selama seminggu saja bisa tampil memukau penonton dan meraih juara ke-dua.


Keherana saya bermula dari salah seorang guru Agama dari SMAN 1 menelpon saya dan meminta dikopikan VCD lagu wajib lomba ketika waktu hanya kurang 3 hari menjelang lomba. Bahkan beliau harus balik ke saya keesokan harinya ketika VCD yang saya berikan patah. Beliau bertutur bahwa ini semua bukan kehendak sekolahan ataupun para guru. Dorongan untuk ikut lomba justru datang dari para siswa. Ada beberapa murid yang memang sejak SMP sudah pernah bermain musik rebana. Dia menghadap Ibu guru tersebut dan mengutarakan maksudnya ini. Kemudian Dia bersama teman-temannya pula yang mengumpulka anak-anak musisi dari beberapa kelas. Praktis hanya seminggu latihan. Dan bahkan mengerjakan lagu wajib lomba hanya dalam 2 hari.


Sepanjang sejarah, SMAN 1 tidak pernah mempunyai grup Qasidah rebana ( karena selama ini yang terkenal di sana adalah Nasyid ), kemudian atas usaha beberapa siswa ( yang menurut saya sangat hebat ), juga seorang Guru yang mendukung mulai dari pencarian VCD lagu wajib sampai kesana-kemari mencari pinjaman alat-alat rebana…..hanya dalam waktu satu minggu, mereka benar-benar mampu mengukir sejarah baru.


Dalam berbagai kasus, ini jarang sekali bisa terjadi. Di mana dari nol fasilitas dan nol komunitas ( belum terbentuk kelompok ), mereka bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan baru dalam waktu hanya beberapa hari. Yang saya tahu modal mereka hanya kecerdasan otak ( karena memang semua adalah siswa pilihan ), semangat membara dan kemampuan kerja tim yang bagus.


Saya kira kisah ini pantas untuk kita jadikan sebuah pelajaran. Siapapun yang mau, dia bisa berprestasi dan mengukir sejarah cemerlang untuk almamaternya. Yang dibutuhkan hanya otak, semangat membara, kemampuan berkelompok dan dukungan dari guru. Saya kira hanya itu. Memang benar bahwa Allah berperan di sana, namun mereka tetap layak kita acungi dua jempol.


Semangt mereka mengingatkan saya pada sebuah ungkapan dari Pak Julianto Eka Putra ( salah seorang trainer favorit saya ). “ Bisa tidak bisa…Harus bisa ! Because impossible is nothing ! “
Read More.. Read More..

Makna Gaul yang sudah tidak Gaul

Suatu ketika saya cangkruk’an ( nimbrung ) dengan teman-teman di Alun-alun kota. Di sudut kiri atas ada seorang pria muda, ganteng, ehm…keren gitu…..dan ada 3 cewek di sekelilingnya. Mesra sekali. Melihat hal itu, apa komentar teman-teman? Play Boy ( mungkin benar ), Pemacar tangguh ( bisa jadi ), Pingin ( ehm…ehm...tentu saja ). Tapi, satu lagi komentar yang membuat saya bingung adalah,”Lihat, seperti itu lho ‘cah GAUL”.

Banyak diantara teman-teman saya berpendapat bahwa GAUL itu identik dengan pacaran, gandengan ( depan, belakang, kanan, kiri…..truk gandeng kali…..). Ada pula yang lebih ngeri,”Gak berani cium Dia, gak GAUL nda!”. Bahkan ada yang unik, bahwa GAUL itu bila Dia punya tunggangan motor gedhe, semacam Harley atau Ninja ( Ninja Hattori mungkin yang dimaksud ). Pakai helm keren ( mahal ), baju funky, rambut jabrik,celana ketat dengan kantong bolong rante sepur tergantung, kacamata kanan hitan kiri putih, dan masih banyak GAUL-GAUL aneh yang lain.

Jadi…..mana yang GAUL beneran? Apakah yang porno? Yang punya banyak, maaf…pacar? Atau motor gedhe dan helm keren? Atau rante sepur? Atau yang pakai topi miring? Atau apapun itu semua, saya yakin Anda bukan bagian dari mereka yang kita sebutkan tadi.

Atas pencarian saya beberapa waktu yang lalu bahwa ternyata GAUL itu sangat indah. Jauh lebih indah dari berbagai kasus teman-teman kita tadi.

Menurut bahasa ( Etimologi ), bahwa GAUL berarti NYAMBUNG atau HUBUNG ( berhubungan )

Gaul = Nyambung

Jadi boleh dikata bahwa kabel yang nyambung berarti Dia kabel yang GAUL Seutas benang yang disambung untuk menerbangkan layang-layang misalnya, Dia adalah benang yang GAUL. Begitu pula orang yang mudah nyambung ( berhubungan ) dengan yang lain adalah orang GAUL. Mungkin bahasa kerennya kita sebut saja KOMUNIKATIF gitu aja.

Kalau kita mengigat berbagai kasus tadi, ini berarti GAUL telah mengalami proses Peyorasi ( pergeseran makna ke arah yang lebih buruk ). Betapa tidak? Komunikatif bisa berubah menjadi Truk gandeng, montor gedhe, helm keren, rante sepur, rambut jabrik, dan hal-hal aneh yang lain…..Seperti itukah yang disebut Gaul? Benar-benar gak nyambung nda…..

Bagaimana pendapat Sahabat?
Read More.. Read More..

Maksimalkan Kelebihan dan Kekuatan Yang Kita Punya

Seekor kura-kura terlihat sedang berjalan sendirian di tepi hutan, ia berjalan lamban dan kurang bersemangat. Rupanya ia iri dengan kemampuan si Rusa yang bisa berlari cepat sedangkan ia hanya bisa berjalan lamban sekali. Si rusa mengabarkan bahwa si Raja Hutan sedang kelaparan dan ingin memangsa siapa saja yang ditemuinya. Melihat si Kura-Kura yang lamban ia mengatakan, wah kalo si Raja Hutan bertemu denganmu pasti kamu akan menjadi santapannya, karena berlari saja kamu tidak mampu. Mendengar perkataan si Rusa maka Kura-Kura pun minta tolong untuk diajarkan bagaimana cara berlari cepat sehingga bisa terhindar dari ancaman si Raja Hutan.

Rusapun mengajarkan cara berlari yang cepat untuk menghindar dari terkaman si Raja Hutan. Kura-kura belajar siang dan malam tanpa lelah, namun meskipun berusaha sekeras mungkin tetap saja ia berlari tidak secepat rusa.

Suatu hari, tanpa sengaja si Kura-Kura bertemu dengan si Raja Hutan. Melihat si Raja Hutan yg sedang kelaparan dan siap memangsanya, si Kura-Kura berlari secepat yg ia bisa, namun jalan si Kura-Kura terlihat malah aneh dan si Raja Hutan malah tertarik untuk menangkapnya. Ia pun menangkap dan mempermainkan si Kura-Kura dengan cakarnya yg tajam. Akhirnya si Kura-Kura pasrah dan menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung sambil berdiam diri menunggu eksekusi si Raja Hutan.

Si Raja hutan berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan tempurung Kura-Kura dengan kukunya yang tajam, dan dengan gigitan-gigitannya, namun tempurung itu sangat kuat, kokoh laksana baja. Akhirnya si Raja Hutan menyerah dan meninggalkan Kura-Kura bersama tempurungnya.

Kejadian itu rupanya diamati oleh seekor monyet yang ada di atas pohon. Si Monyet memberitahu Kura-Kura bahwa ia selamat dan si Raja Hutan telah meninggalkannya dengan frustasi. Beruntung kamu Kura-Kura karena kamu mempunyai tempurung yang kuat sebagai pelindungmu, tanpa harus berssusah payah untuk lari atau memanjat pohon seperti kami, ujar si Monyet.

Demikianlah setiap makhluk mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagaimana diri kita. Janganlah terlalu fokus pada kelebihan orang lain, sampai anda melupakan untuk memaksimalkan kelebihan yang anda punya. Bersyukurlah atas apa yang kita punya dan jangan hanya memikirkan kelemahan diri kita, tetapi di balik kelemahan pasti ada kelebihan yang orang lain belum tentu punya.
Read More.. Read More..

kepada RISTULAH




Assalamualaikum Wr.Wb.

Apa kabar Sahabat-sahabatku para penuntut ilmu, calon-calon intelektual muda dan para pejuang yang tak kenal lelah ? Alhamdulillah saya yakin Sahabat-sahabat sehat, iman Sahabat baik, hati Sahabat senang dan kalaupun tidak, semoga hari ini adalah hari bermulanya kebaikan untuk kita semua.
Kata orang bijak, sesungguhnya tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya orang malas. Tapi, tahu kah para Sahabatku, bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang malas di dunia ini, namun yang ada hanyalah orang yang tidak termotivasi. Ya! Begitu singkat dan sebuah kata yang sederhana. Motivasi. Ketahuilah bahwa kesederhanaan itu adalah kunci pembuka dalam memahami hal-hal yang sulit.

Begitu pun motivasi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh kita generasi muda penerus bangsa dan agama. Bukanlah sebuah hal yang gampang menjadi generasi muda, atau biasa lebih enak kita sebut remaja. Tolak ukur suatu bangsa dapat terlihat dari para remajanya, para generasi muda. Baik kehancuran maupun kesuksesan suatu bangsa dapat kita lihat dari generasi mudanya.

Masalahnya, apakah generasi muda kita sekarang cukup punya motivasi untuk dapat mengukir prestasi, bukan mengukir prestise yang biasa kita lihat di kafe-kafe, mall-mall ataupun nightclub. Bukan begitu?
Masa muda adalah masa emas, segala hal dapat kita lakukan. Malah sering diartikan masanya kebebasan. Ketika kita masih di usia kanak-kanak, kita sering membayangkan bagaimana asiknya disuatu hari mengemudikan kendaraan sendiri dan membelah jalanan dengan kecepatan. Atau sesekali mungkin pernah terlintas rasanya punya soulmate yang dapat berbagi rasa bahagia, sedih, cemas, kesal. Atau mungkin jalan-jalan ke Puncak bersama teman-teman, walaupun mungkin hanya untuk menikmati seikat jagung bakar saja. Semua hal itu, mungkin sekali, dan ada di satu masa, yang kita sebut masa muda.

Tapi, tahu kah Sahabat-sahabat, kesenangan demi kesenangan yang sudah, akan, dan, akan kita nikmati saat muda akan hilang begitu saja jika kita tidak dapat mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang. Lantas, timbul pertanyaan, bagaimana memanfaatkan masa muda ini untuk masa yang akan datang ? Hemat saya, semua itu dapat kita lakukan dengan memotivasi diri kita sendiri untuk lebih banyak mengukir prestasi, untuk dapat lebih memperbaiki diri, serta berkomitmen untuk do the best dalam segala hal. Semua itu berinti pada motivasi sebagai generator pembangkit untuk menggerakan segala potensi diri yang kita miliki. Dan yakinlah bahwa kita BISA !!
Ketika seseorang remaja penuh akan motivasi, serta mempunyai berjuta inspirasi dan segudang kreasi, insya Allah dia akan menggapai prestasi. Motivasi sendiri adalah suatu dorongan. Dorongan yang dapat menggerakan kita. Dan asal mula energi atau tenaga dari dorongan itu pun bermacam-macam.
Jika Sahabat-sahabat mengerjakan tugas retorika karena Sahabat-sahabat memang senang tampil dan berbicara di muka umum, dan tidak mengerjakan tugas mata kuliah yang lain karena tidak senang maka itulah yang dinamakan dorongan emosi ( emotional motivation ), hanya menyangkut rasa, senang atau tidak, suka atau tidak.
Lain halnya jika Sahabat sekalian membersihkan kelas hanya dihari Sahabat piket dan terpampang jelas nama Sahabat di daftar piket, atau jika Sahabat datang tepat waktu pada suatu forum karena Sahabat adalah seorang yang dituakan, seorang senior misalnya. Itu baru intelektual motivation. Kita melakukan suatu hal hanya karena kita mahasiswa lah, senior lah dan lah lah yang lain. Tapi bagus juga, setidaknya, kita tahu diri.
Ini yang paling penting, ketika kita melakukan sesuatu, belajar misalnya, bukan karena suka atau tidak, bukan karena status kita mahasiswa, namun karena sesungguhnya ada Yang Maha Melihat setiap perbuatan kita. Setiap perbuatan kita dapat kita jadikan ladang amal dengan menjadikan apa yang kita lakukan sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
Jika kita sudah termotivasi, bagaimana cara kita untuk tetap menjaga motivasi yang kita punya ? makanlah dengan orang yang punya motivasi, minumlah dengan orang yang punya motivasi, bertemanlah dengan orang yang punya motivasi, curhatlah dengan orang yang punya motivasi, kalau perlu satu kosanlah dengan orang yang punya motivasi. Ibarat kata pepatah, jika berteman dengan tukang minyak wangi, kita akan kecipratan juga wanginya, dan jika berteman dengan pandai besi, kita akan merasakan juga panasnya.
Seperti Sahabat dan saya ketahui, untuk mempunyai motivasi mengukir prestasi di masa muda bukan lah hal yang mudah. Namun itu pun bukan pula hal yang tidak mungkin bagi kita para remaja. Terima kasih atas partisipasinya. Saya yakin, Sahabat-sahabat adalah remaja-remaja yang punya motivasi, berjuta inspirasi, segudang kreasi untuk menggapai prestasi.
Satu hal terakhir dari saya,
Hidup memerlukan pengorbanan,
Pengorbanan memerlukan perjuangan,
Perjuangan memerlukan ketabahan,
Ketabahan memerlukan keyakinan,
Keyakinan yang menentukan kejayaan,
Kejayaan yang akan menentukan kebahagiaan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Read More.. Read More..

Sabtu, 01 Januari 2011

Larangan Istihza’ (Mengolok-olok Agama Alloh SWT)

Setiap kita pasti mengakui bahwa Menghina adalah perbuatan tercela apapun macam dan bentuknya , serta kepada siapapun di tujukan , minimal itu adalah sebuah kedzoliman kepada sesama hamba dan klimaksnya adalah sebuah kekufuran yang menyebabkan status seseorang berubah dari muslim menjadi kafir bahkan hukumannya adalah dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat dan meminta maaf . Dan kita sebagai seorang muslim dituntut untuk berhati-hati menjaga lisan kita . Islam telah mengajarkan umatnya agar selalu berkata-kata yang baik dan bermanfaat dan melarang berkata kotor dan menyakiti hati orang lain .

Kita mungkin sering menyaksikan , ada sebagian orang melontarkan kata-kata hinaan atau makian yang seolah tak berprikemanusiaan ditujukan kepada teman atau lawan bicaranya , mulai dari spesies binatang piaraan , alat vital , hingga adjective words alias kata sifat yang berhubungan dengan karakter; bahkan hal-hal seperti itu bisa kita dapati di lingkup keluarga , niaga , bisnis , parlemen , pemerintahan , terlebih lagi di wall space virtual semacam Facebook atau di situs-situs diskusi bebas lainnya . Bayangkan , jika yang kebetulan menjadi obyek atau orang yang terkena stigmatisasi itu adalah diri Anda , betapa Anda merasa tak bernilai , setidaknya Anda merasa bahwa harga diri Anda direndahkan , dan tentu anda akan sangat marah terhadap orang yang menghina anda itu . Dan hal ini baru dalam lingkup manusia , lalu bisa kita bayangkan bagaimana murkanya Allah subhanahu wa ta'ala jika syari’atNya , ayat-ayatNya , dan sunnah-sunnah RasulNya diperolok-olok atau dihina seperti itu???

Dan di zaman ini sangat banyak orang yang atas kebodohan dan hawa nafsunya sangat lancang melontarkan kata-kata hinaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atau syari’atNya . Contoh nya seperti orang-orang yang memperolok-olokkan saudaranya yang mengamalkan sunnah berjenggot , dengan mengatakan; hei jenggot , hei kambing , dan sebagainya . atau seperti orang yang memperolok-olokkan wanita yang berhijab atau bercadar seperti dengan mengatakan “eh awas ada ninja” , kuno , tidak modis atau ketinggalan zaman , dan lain sebagainya . Bahkan ada yang sampai berani menghina para shahabat nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , seperti yang dilakukan oleh orang-orang syi’ah yang kafir itu .

perbuatan istihza alias menghina Sya’iat islam ini bukan masalah sepele , ini adalah permasalahan besar yang akan menentukan apakah kita akan menjadi penghuni surga atau kah penghuni neraka yang kekal selama-lamanya . Sebab Para ulama telah sepakat bahwa pelaku istihza’ fiddien alias para penghinya syari’at islam adalah kafir dan keluar dari agama islam serta hukumannya adalah dibunuh tanpa harus dimintai bertaubat . Diantara perkataan para ulama tersebut adalah:
Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Sharimu al-maslul halaman 315 berkata: ”setiap orang yang menghina nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dan mengejek beliau baik muslim ataupun kafir maka dia wajib dibunuh dan saya berpendapat dia dibunuh tanpa harus diminta untuk bertaubat”
Kemudian Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam kitab Al-mughni jilid 12 halaman 297 berkata :”Barang siapa yang menghina Allah ta’ala maka dia telah kafir baik dalam keadaan bercanda ataupun bersungguh-sungguh , begitu pula menghina Allah , atau dengan ayat-ayat-Nya , rasul-rasul-Nya , dan kitab-kitab-Nya” .

perkataan para ulama yang mengkafirkan para penghina syari’at islam bukanlah atas dasar hawa nafsu mereka , namun perkataan mereka itu didasari dengan dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Adapun diantara dalil yang paling jelas adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala di Qs At-Taubah ayat 65 sampai 66.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ {65} لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)

yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) , tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja . Katakanlah; apakah dengan Allah , ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok . Tidak usah kamu minta ma'af , karena kamu telah kafir sesudah beriman ."

Ayat yang mulia ini diturunkan berkenaan dengan perkataan orang-orang munafik yang mencela Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya pada perang Tabuk dengan perkataannya yang kufur , mereka berkata: "Kami tidak melihat seperti mereka-mereka para qari yang rakus dan pendusta-pendusta . dan yang paling penakut ketika bertemu dengan musuh maksudnya adalah nabi dan sahabat-sahabatnya , ." Perkataan hinaan itu mereka tujukan kepada Nabi dan para shahabatnya . Kemudian sahabat Nabi yang bernama Auf bin Malik mengetahui kejadian tersebut , lalu dia mengkhabarkan hal itu kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam , dan tiba-tiba mereka orang-orang munafiq tadi datang kepada Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta maaf dan mohon untuk diberi uzur sambil mengatakan: "Kami hanya bercanda dan bersenda gurau dan tidak ada maksud kami untuk mencela dan berolok-olok ." Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyangkal perkataan mereka dan tidak menerima uzur mereka atas dusta mereka tersebut dengan firman-Nya: "Katakanlah apakah dengan Allah , ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok dan tidak ada ma'af bagimu sungguh kamu telah kafir sesudah beriman ."
Kisah ini bisa di lihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar , Muhammad bin Ka’ab dan selainnya .

ketika menjelaskan ayat ini , syaikh Abdul ‘Aziz ‘ali Abdul Latif dalam bukunya yang berjudul Nawaqidul Iman Al-Qouliyah wal Amaliyah mengutip perkataan syaikhul islam Ibnu Taimiyah yang mengatakan: “Ayat ini adalah salah satu nash yang menunjukan bahwa istihza atau menghina Allah , ayat-ayatNya , serta RasulNya adalah bentuk kekufuran . Dan penghinaan yang ditujukan kepada rasul lebih layak lagi untuk menyandang kekufuran . Dan ayat inipun menunjukan bahwa penghinaan apapun terhadap Rasulullah adalah kufur , baik sengaja maupun bercanda .”

Dan kekufuran orang yang melakukan penghinaan inipun menunjukan halal darahnya untuk ditumpahkan , sebagaimana Imam abu Daud dalam Kitab hudud dan Imam Nasa’I dalam kitab Tahriimud Dam mencantumkan atsar riwayat Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ada seorang buta yang membunuh seorang wanita dikarenakan wanita ini terus menghina Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , dan ketika kasus pembunuhan ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Saksikanlah Bahwa darah Wanita ini Halal untuk ditumpahkan” .

Dengan ini jelaslah sudah bahwa permasalahan istihza’ adalah perkara besar yang harus kita waspadai . Dan mudah mudahan kita dapat terhindar dari perbuatan seperti ini , mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan , semoga bermanfaat

sumber fajifm
Read More.. Read More..