Kegiatan dan Kiprahnya

Menjadi generasi robbani - Menjadi generasi robbani

Rabu, 02 Maret 2011

Belajar dari Burung

Seekor burung. Tak punya akal layaknya manusia. Hidup di alam bebas. Tinggal di dalam sangkar buatannya yang mungil. Setiap pagi ia terbang dari sarangnya dalam keadaan perutnya yang masih kosong. Hinggap dari satu dahan ke dahan yang lain. Terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Mencari sesuap rizki Tuhan untuk dirinya dan untuk anak-anaknya yang ia tinggal di sangkar. Dengan telaten ia memintal daun demi daun. Barangkali Allah meletakkan rizkinya hari itu disana. Di tengah-tengah kesibukannya itu, ia masih sempat melantunkan kicauan tasbih yang menambah harmonika alam. Sangat syahdu.

Sore harinya, ia terbang dari ranah seberang, menyisir belantara pepohonan, pulang menuju istananya. 'Telihnya' sudah penuh dengan biji-bijian atau ulat-ulat yang seharian ia kumpulkan. Iapun membagikannya kepada anak-anaknya. Begitulah setiap hari ia menjalani aktifitasnya. Seperti itulah gambaran sikap tawakkal yang sempurna, sebagaimana telah diungkapkan oleh Rasulullah Saw:

"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah benar-benar akan memberimu rizki sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, yang keluar di pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di waktu petang dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi).

Burung telah mengajarkan pada kita konsep yang jelas tentang makna tawakkal. Gambaran inilah yang pernah Rasulullah Saw sampaikan kepada para sahabatnya ketika itu. Bahkan tidak tanggung-tanggung lagi, Rasulullah Saw menjamin dengan surga bagi siapapun dari ummatnya yang memiliki hati yang tawakal seperti burung.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda, "Ada kaum-kaum yang masuk surga, lantaran hati mereka seperti hati burung." Maksudnya adalah hati yang bertawakal pada Allah Ta'ala. (HR. Muslim).

Jika kita cermati dengan baik pesan Rasulullah Saw ini, maka kita akan mengetahui bahwasanya tawakkal itu juga harus diringi dengan ikhtiar. Bukan hanya semata-mata menyerahkan semuanya pada Allah, tanpa mau berusaha. Seperti layaknya burung diatas, untuk mendapatkan rizkinya ia juga keluar dari sarangnya, berpindah kesana-kemari, tidak hanya tinggal diam di sarangnya saja.
Orang yang tawakkal adalah orang yang melakukan sesuatu (berikhtiar) dengan menyandarkan segala bentuk kemungkinan yang terjadi dari ikhtiarnya tersebut kepada Allah.

Makhluk kecil itu telah mengajari kita sebuah pelajaran berharga dalam hidup ini. Sebuah sikap yang akan membawa kita menuju kedamaian hidup. Sebuah sikap yang akan membawa menuju kesempurnaan keyakinan kita kepada Sang Kuasa. Sungguh, keyakinan kita belum sempurna selama hati kita belum seratus persen bergantung pada-Nya. Hati kita masih masih mencari gantungan-gantungan selain-Nya yang sudah pasti lemah.

"Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 41).

Ayat ini dengan sangat jelas menguraikan kepada siapa kita kembalikan urusan kita, sejelas sinar mentari di siang hari, tak ada yang tersembunyi. Jika kita gantungkan kepada Allah, maka sudah tentu Allah akan mencukupi kita sebagaimana janjinya dalam surat ath-Thalaq ayat tiga diatas. Tapi jika kepada selain-Nya, maka bersiap-siaplah untuk kecewa. Karena pada hakikatnya kita sedang bergantung di bawah serat-serat rumah laba-laba. Jangankan kita sentuh, terkena angin saja rumah laba-laba itu itu sudah bergoyang. Cukuplah kepada Allah kita kembalikan semua urusan
kita.cahayasiroh.com Read More.. Read More..